Senin, 09 Desember 2013

Sabtu, 13 Februari 2010

Jumat, 01 Januari 2010

KADO AKHIR TAHUN

Akhir tahun kembali datang, tahun 2009 akan segera berganti dengan tahun 2010. Dua tahun telah berlalu setelah kejadian yang mengerikan itu, kejadian yang merenggut kedua orang tuaku.


Namaku Emerald, bisa juga dipanggil Era dan aku tinggal bersama kakakku, Ruby. Aku tinggal bersamanya sejak 2 tahun yang lalu, dan itu sama artinya dengan aku telah meninggalkan Indonesia selama 2 tahun terakhir. Jangan kaget melihat keadaanku sekarang, gadis 16 tahun yang tinggal bersama kakaknya yang super sibuk dan masih harus sekolah di tempat para orang -orang aneh berkumpul. Aneh menurutku adalah mereka yang menggunakan bahasa yang kadang aku tidak terlalu paham dan juga tidak ingin paham alias benci, ya tentunya adalah bahasa Jerman. Sebagai seorang teknisi kapal di departemen pertahanan Jerman, kakakku memang sering berpindah-pindah kota dan sekarang sepertinya dia masih betah tinggal di kota ini, Hamburg. Hamburg adalah sebuah kota pelabuhan yang dulunya menjadi salah satu tonggak ekonomi perdangangan Jerman, dan layaknya kota -kota pelabuhan lainnya di Hamburg tersedia bermacam-macam barang yang mugkin tidak akan kamu temukan di kota-kota lainnya, jika kamu tidak percaya datang dan buktikanlah sendiri, kota ini begitu menakjubkan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan bahasa yang mereka gunakan.


Aku memang masih kesulitan dalam menggunakan bahasa Jerman yang baik dan benar. Oleh karenanya kakaku giat sekali dalam memberikan pelajaran bahasa Jerman kepadaku. Inilah alasanku untuk membenci bahasa Jerman, dengan membencinya aku tidak akan menguasai bahasa Jerman dengan cepat. Hal ini kulakukan agar dengan mudah mendapatkan perhatian dari kakakku, tanpa aku berpura-pura, tidak akan mungkin kakakku mau meluangkan waktunya untukku.


Semenjak kejadian itu aku merasa sangat kesepian, ditambah lagi dengan kakakku yang semakin lama semakin menjauh dariku. Sempat terlintas di kepalaku, apakah dia marah padaku karena aku yang menyebabkan kejadian ini terjadi? Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan sekarang.


Hari ini permulaan musim dingin yang sebenarnya. Suhu dipagi hari mencapai minus 15 derajat celcius, dan itu artinya tahun yang baru akan segera tiba. Pagi itu terasa sangat sepi di rumah, hanya terdengar suara meongan kecil dari salah satu kucing di rumahku, karena kemarin malam kakakku tidak pulang ke rumah, dia sempat menelpon dan berkata tidak akan pulang malam ini karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan malam itu juga. Aku sudah tidak kaget dengan tindakan kakakku itu, dia sudah sering sekali meninggalkan aku sendirian dia rumah. Mungkin dalam sebulan frekuensi kepulangannya ke rumah dapat dihiitung dengan jari. Aku tidak berhak protes dengan apa yang dilakukan kakakku, karena dia berbuat seperti iti juga untuk kepentinganku. Walaupun dalam hati aku merasa sudah tidak mempunyai siapapun di dunia ini, tapi tekadang kakakku dengan hangat mengulurkan tangannya dan mengangkatku dari lautan es yang sangat dalam di hatiku, disana terasa begitu dingin dan sepi. Tapi setahun belakangan dia tidak pernah lagi menarikku keluar dari lautan es tersebut, malah aku merasa semakin membeku dan terseret arus yang begitu deras tanpa ada yang berusaha menolongkku.


Sepeninggal kedua orang tuaku menjadi pukulan yang begitu berat bagi keluarga kami, terutama aku dan kakakku. Kecelakaan mobilah yang menjadi penyebabnya. Malam itu kami bertiga yaitu aku, ayah, dan ibuku baru saja menghadiri pesta ulang tahun dari salah seorang sahabat ayah. Malam itu saat kami pulang, turun hujan yang begitu deras, sehingga ayah tidak dapat mengendalkan laju mobilya, dan akhinya terjadilah kecelakaan tersebut. Mereka berdua tewas seketika, sementara aku sempat mengalami koma selama 7 hari, karena benturan yang amat keras di kepalaku. Sempat orang-orang disekitarku berfikir aku tidak akan selamat dalam masa komaku tersebut. Tetapi Tuhan berkata lain, Beliau masih mengijinkanku tetap hidup dan melihat indahnya matahari tenggelam di kota Hamburg.


Malam ini kakaku pulang, dengan wajah yag begitu lelah dan mungkin sedikit mengalami tekanan dari atasannya. Dia menyodorkan sebuah amplop berukuran sedang, yang aku tidak tahu apa isinya, dan menyuruhku membukanya. Setelah ku buka ternyanya isinya adalah sebuah tiket pesawat, paspor beserta visa, laporan hasil belajarku selama dua tahun, dan kunci rumah. Aku tidak tahu apa maksudnya. Ternyata secara diam-diam dia telah menyiapkan semuanya, menyiapkan kepindahanku ke Indonesia. Tagisku pecah begitu saja tanpa dapat ku bendung, aku merasa dibuang dan tidak diinginkan oleh kakak kandungku sendiri. Dia satu-satunya saudara yang kupunya saat ini. Dengan nada yang keras dan penuh amarah dia berteriak padaku agar aku segera meninggalkannya. Tidak pernah sebelumnya aku mendengar kakakku berteriak begitu kencang dan seakan menganggap aku ini adalah kotoran yang begitu menganggu baginya. Begitu sakit hatiku menerima perlakuan dari kakakku, dengan spontan aku lari ke kamar dan menjatuhkan diri ke tempat tidur. Kakak laki-lakiku yang dulu begitu sanyang dan selalu datang sebagai pelindungku, kini berubah meniadi orang lain yang tidak ku kenal.


Malam itu juga aku segera mengemasi seluruh barang-barangku, tanpa terkecuali kedua kucing kesayanganku, popo dan momo. Kakak Ruby tidak berkata apa-apa padaku, dia hanya berdiam diri di atas kursi baca di dalam kamarnya. Sedih, marah, kecewa, dan penasaran bercampur aduk di hatiku saat ini. Sedih, karena mendapatiku diperlakukan seperti itu oleh kakak kandungu sendiri. Marah, karena aku merasa tidak dianggap siapapun di mata kakakku selama ini. Kecewa, karena aku tidak pernah menyangka dia tega berbuat seperti itu padaku. Penasaran, karena apa alasannya dia memperlakukanku seperti itu. Malam itu air mata terus membasahi pipiku, berbagai macam pertanyaan terus menyelimuti otakku. Sampai akhirnya tanpa kusadari tubuh ini tidak kuat lagi bertahan, dan aku pun tertidur.


Pagi harinya aku sudah bersiap-siap berangkat dan mencoba berpamitan pada kakakku, tapi tak kudapati dia ada di rumah pagi itu. Yang ia tinggalkan hanya sebuah roti lapis beserta segelas susu dan selembar kecil memo yang tertempel di lemari es. Isinya adalah "Maaf, aku tidak dapat mengantarmu ke airport, karena ada pekerjaan yang menungguku di kantor, jadi kamu naik taksi saja, kakakmu Ruby." Betapa hancurnya hatiku saat itu, di saat terakhirku ada di sampingnya dia sama sekal tidak ingin bertemu denganku, mengucapkan salam perpisahanpun tidak. Rasanya berat sekali aku harus pergi dari tempat ini, tapi aku sudah tidak diinginkan lagi di sini.


Perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan, dan akhirnya aku pun menginjakkan kakiku di Indonesia. Sesampainya di rumah, segera ku benahi semua barang-barangku. Selesai dengan semuanya ternyata tak ku sangka hari sudah larut, sesegera mungkin aku naik ke ranjang dan berusaha sekuat tenaga agar mata ini dapat terpejam dan segera tertidur, tetapi pikiranku terus tertuju pada kak Ruby, bagaiman keadaanya sekarang, apakah dia baik-baik saja, ataukah terjadi sesuatu padanya. Jarum jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari, akhirnya akupun dapat tertidur juga.


Pagi ini aku mencoba melihat-lihat kembali kamar orang tuaku dahulu. Membuka foto-foto kenangan kami berempat, tetapi aneh kenapa banyak sekali foto kenangan kami yang tidak ada. Di sudut lemari kulihat kardus yang masih terbungkus rapi disana.


Aku mencoba membukanya, kudapati berbagai dokumen-dokumen keluarga. Ku coba membuka sebuah amplop coklat yang terdapat di dalam kardus tersebut. Kudapati di sana sebuah laporan kesehatan yang berupa hasil rongsen/x-ray dan bermacam-macam laporan pemeriksaan yang begitu banyak. Kubaca satu persatu laporan kesehatan tersebut. Betapa terkejutnya aku, setelah kudapati bahwa itu laporan kesehatanku dan kakakku. Tertulis di laporan tersebut, bahwa ternyata saat kecelakaan 2 tahun yang lalu aku harus kehilangan kedua ginjalku, dan ternyata kakakku rela memberikan salah satu ginjalnya padaku. Kenapa aku tidak penah sadar bahwa luka jahitan di kedua pinggangku ini bukan luka sobek biasa, tapi luka bekas operasi. Kubaca juga laporan medis kakaku beberapa bulan terakhir. Disana tertulis bahwa kondisi kesehatanya begitu buruk, begitu pula kondisi ginjalnya. Hal ini disebabkan oleh kanker hati yang ia derita sudah memasuki stadium akhir. Betapa terkejutnya aku, setelah kudapati semua kenyataan ini. Tak kusangka kakakku rela memberikan salah satu organ tubuhya untukku, dan hal tersebut memperburuk keadaanya.Kanker hati yang telah lama ia derita semakin mengerogoti tubuhnya. Sekarang aku tahu alasan kenapa dia sesegera mungkin menginginkanku untuk pergi jauh darinya, yaitu agar aku tidak melihat penderitaan yang ia rasakan sekarang. Tangisku pecah begitu saja, penyesalan terus mengelayutiku sekarang.


Pagi itu juga ku ambil penerbangan pertama tujuan Hamburg. Sepanjang perjalanan tidak putus-putusnya aku berdoa untuk keselamatan kakakku. Perjalanan yang kurasakan ini begitu lama dari perjalanan sebelum-sebelumnya. Aku ingin segera sampai dan melihat keadaan kakakku. Aku tidak ingin terlambat.


Akhirnya, tibalah aku di Hamburg. Dengan hanya membawa barang-barang seadanya aku segera menuju ke rumah. Tak kudapati siapapun di rumah. Akhirnya kuputuskan untuk bertanya pada salah seorang tetanggaku. Dia berkata bahwa tidak lama setelah aku meninggalkan rumah dan menuju ke airport pada hari itu, kakak jatuh pingsan dan harus dirawat di rumah sakit. Betapa terkejutnya aku mendengar perkataan tetanggaku tersebut. Sesegera mungkin aku pergi ke rumah sakit untuk menemuinya.


Kudapati kakakku terkulai lemah di ruang ICU. Tak satu patah katapun dapat terucap dari mulutku. Kupandangi tangan kanannya yang telah tertancap infus dan tangan kirinya yang sedang dalam proses tranfusi darah, serta hidungnya yang tersumpal selang oksigen. Betapa terpukulnya aku melihat kejadian yang menimpa kakakku saat ini. Saudaraku satu-satunya sedang terkulai lemah, bertarung hidup dan mati melawan penyakitnya.


Kupandangi wajahnya, dia sama sekali tidak nampak seperti orang yang mengalami penderitaan karena penyakit. Wajahnya terlihat begitu tampan, sama seperti hari-hari biasanya. Dia terlihat seperti orang yang sedang tertidur dengan lelap. Betapa sakitnya hati ini melihat kakakku dalam keadaan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Ku coba mengengam tangannya, dan aku yakin dia menyadari keberadaanku di sampingnya. Kubisikkan kata-kata yang mungkin dapat sedikit meringankan penderitaanya. "Kak Ruby, aku sudah ikhlas, menerima semua yang akan terjadi, aku sayng kakak". Air matapun menetes dan membasahi pipinya yang begitu bersih.


Tiba-tiba dia mengalami reaksi yang mengejutkan, segera ku panggil dokter untuk melihatnya. Belum sempat dia membuka mata dan melihat kehadiranku, dia sudah tiada dan mninggalkanku begitu saja tanpa berucap sepatah katapun. Dan seperti kata-kata yang kuucapkan, aku sudah ikhlas menerima kepergiannya.


Kakak meninggalkan sepucuk surat untukku, yang mewakili apa yag belum sempat ia ucapkan padaku, tentang seberapa besarnya rasa sanyangnya padaku dan dia tidak pernah menyalahkanku atas kematian ayah dan ibu, serta aku harus mencoba kembali menjalani kehidup normalku kembali, dan mecoba membuka hati untuk siapapun yang datang dalam hidupku. Inilah kado akhir tahun yang paling indah dan tidak akan pernah kulupakan.

Senin, 14 Desember 2009

The story of MOMO





Momo adalah seorang gadis kecil berusia 12 tahun yang hidup di suatu masa di mana orang-orang masih berbicara dalam bahasa yang sama sekali berbeda dari bahasa-bahasa yang kita kenal sekarang. Ia seorang anak gelandangan, yatim piatu, tak punya rumah tinggal dan hidup sebatang kara di dunia ini. Tempat tinggalnya selama ini adalah sebuah ruangan kecil di amfiteater. Amfiteater adalah sebuah bangunan berbentuk setengah lingkaran tempat orang-orang menonton pertunjukan teater/drama di masa itu. Momo banyak punya kawan. Mulai dari anak-anak seusianya sampai mereka yang berusia jauh di atasnya. Seluruh penduduk kota itu menyukai dan menyayangi Momo yang pandai mendengarkan cerita. Setiap hari mereka selalu bergantian datang mengunjungi anak kecil itu untuk bercerita atau sekedar bermain-main bersamanya.




Dari semua temannya, ada dua orang yang lalu menjadi amat dekat dengannya, yaitu Gigi Si Pemandu Wisata dan Beppo Tukangsapujalanan. Mereka bertiga menjadi sahabat yang saling bantu-membantu dalam kesulitan.



Suatu hari kota mereka yang tenang dan damai itu mendapat bencana. Sekelompok orang yang menamakan diri mereka sebagai Tuan Kelabu datang ke kota mereka dan mengacaukan segalanya. Para Tuan Kelabu yang suka berpakaian abu-abu sambil menghisap cerutu berwarna kelabu itu adalah segerombolan pencuri. Bukan harta benda yang mereka ambil dari para penduduk kota tempat Momo tinggal. Mereka mencuri waktu yang dimiliki seluruh penduduk kota. Akibatnya orang-orang di kota itu lalu berubah menjadi orang-orang yang murung, tidak peduli lagi satu sama lain serta selalu terburu-buru karena takut kehilangan waktu mereka yang berharga. Mereka tak lagi menyempatkan diri berkunjung ke amfiteater untuk bercerita dan bercengkrama.



Melihat keadaan tersebut, Momo beserta kedua orang sahabatnya, Gigi dan Beppo, jadi prihatin dan bertanya-tanya apa sebabnya. Mereka bertiga, untungnya, belum menjadi korban para Tuan Kelabu (Walaupun kemudian Gigi dan Beppo jadi korban juga). Momo tidak menyadari bahwa dirinya ternyata dijaga dan dilindungi oleh Empu Hora, Sang Penguasa Waktu seluruh umat manusia di bumi, sehingga gerombolan penjahat itu tak pernah bisa menjamah dan mencuri waktu darinya. Empu Hora sengaja berbuat demikian sebab ia butuh bantuan bocah itu untuk menyelamatkan dunia dari kekejaman para Tuan Kelabu.



Maka lalu dimulailah petualangan Momo menyelamatkan kotanya dan membebaskan seluruh penduduk dari pengaruh Tuan Kelabu agar kehidupan kembali normal. Dengan bantuan kesaktian Empu Hora dan ditemani seekor kura-kura ajaib bernama Kassiopeia, Momo akhirnya berhasil mengembalikan waktu milik orang-orang yang telah dicuri oleh gerombolan Tuan Kelabu. Kotapun hidup kembali seperti semula.

Jumat, 11 Desember 2009

Know Your Enemy

Do you know the enemy?
Do you know your enemy?
Well, gotta know the enemy

Do you know the enemy?
Do you know your enemy?
Well, gotta know the enemy

Do you know the enemy?
Do you know your enemy?
Well, gotta know the enemy

Violence is an energy
Against the enemy
Violence is an energy

Bringing on the fury
The choir infantry
Revolt against the honor to obey

Overthrow the effigy
The vast majority
Burning down the foreman of control

Silence is the enemy
Against your urgency
So rally up the demons of your soul

Do you know the enemy?
Do you know your enemy?
Well, gotta know the enemy

Do you know the enemy?
Do you know your enemy?
Well, gotta know the enemy

The insurgency will rise
When the bloods been sacrificed
Don't be blinded by the lies
In your eyes

Violence is an energy
From here to eternity
Violence is an energy
Silence is the enemy
So gimme gimme revolution

Do you know the enemy?
Do you know your enemy?
Well, gotta know the enemy

Do you know the enemy?
Do you know your enemy?
Well, gotta know the enemy

Overthrow the effigy
The vast majority
Burning down the foreman of control

Silence is the enemy
Against your urgency
So rally up the demons of your soul

Hey Jude Lyrics

Hey Jude don't make it bad
Take a sad song and make it better
Remember to let her into your heart
Then you can start to make it better

Hey Jude don't be afraid
You were made to go out and get her
The minute you let her under your skin
Then you begin to make it better

And any time you feel the pain, Hey Jude, refrain
Don't carry the world upon your shoulders
For well you know that it's a fool who plays it cool
By making his world a little colder
Na na na na na
na na na na

Hey Jude don't let me down
You have found her now go and get her
Remember to let her into your heart
Then you can start to make it better

So let it out and let it in
Hey Jude begin
You're waiting for someone to perform with
And don't you know that it's just you
Hey Jude you'll do
The movement you need is on your shoulder

Na na na na na
na na na na Yeah

Hey Jude don't make it bad
Take a sad song and make it better
Remember to let her under your skin
Then you'll begin to make it better
Better, better, better, better, better, Yeah,Yeah,Yeah

Na Na Na Na Na Na Na
Na Na Na Na, Hey Jude!
( 16 times till fade out)

Rabu, 09 Desember 2009